Minggu, 14 Juli 2024

Hello Cinta (Part 2)

 Hiruk pikuk suasana pagi hari di kota Jakarta mengawali aktivitas pagi semua orang, tak terkecuali Arsenio. Pengusaha muda , tampan, kaya dan berkuasa. Hampir seluruh bidang usaha dia miliki. Terlahir dari keluarga pengusaha, tentunya jiwa bisnis orangtuanya menurun kedirinya. 

Dengan jas hitam, serta wajahnya yang tampan ditambah kacamata hitam yang melekat diwajahnya menambah aura ketampanannya. Rambutnya yang cepak tentunya memberikan kesan rapi dan tubuhnya yang tinggi bak atletis menampakan dirinya yang terlihat tegas.

''Hallo pah , ada apa apalagi sih? Arsen baru turun dari mobil nih" ucap Arsen sambil memegang gawainya saat akan masuk ke loby gedung perusahaannya.

"Jangan lupa jemput anak temen papah ya? jam satu siang dia sampai di stasiun Senen" ujar Wira , ayah dari Arsen.

"Iya pah, Arsen inget kok, ga pikun baru tiga puluh menit yang lalu papah ngasih tau" . Ucap Arsen membuang napasnya kasar.

"Sip..awas ya jangan sampai lupa, sudah papah kirimkan foto dan nama gadis itu ". balas Wira

"Hemmmm". jawab Arsen malas. "Sudah yaa pah, Arsen mau kerja dulu, okay papah..assalammu'alaikum". Arsen langsung mengakhiri obrolannya dan langsung berjalan dengan langkah cepat menuju ruangannya diikuti Niko asisten setianya dan Bram pengawal pribadinya. 

"Nik, pokoknya kamu yang jemput yaa ". Titah Arsen tanpa melepas pandangannya dari laptopnya. Sementara Bram membulatkan matanya. 

"Sorry bos, bukannya gak mau, tapi kalau Pak Wira tau , bisa gawat nasib aing boss". Jawab Niko. Dia memang sudah dekat dengan Arsen sudah lama, terkadang Niko bertingkah konyol yang tak ayal membuat Arsen geleng-geleng kepala. Tapi jika dalam mode serius dia bisa bisa serius. Lain lagi dengan Bram, laki-laki bertubuh tinggi , berisi badannya dan tentunya mempunyai kemampuan bela diri yang mumpuni. Bram tentunya fokus dalam keamanan dan kenyamanan Arsen setiap harinya. Jika Niko suka bercanda lain lagi dengan Bram yang selalu dalam mode dingin.

"Eh denger yaa, aku gak mau tau, pokoknya loe yang jemput dia ! masalah bokan tenang aja aman". Perintah Arsen. Terkadang panggilannya berubah-ubah semaunya.

"ckkk.. ya udah , Bram temenin gue ya". Pinta Niko melirik kepada Bram

"Nggakk! Nggak usah , Bram tetap di sini, loe Niko berangkat sendiri pakai mobil gue, terus udah gue kirim nama sama fotonya ke hp loe, gue paling anti yaa ketemu sama cewe yang selalu bokap kenalin yang ujung-ujungnya cuma duit dan duit". Jelas Arsen panjang lebar.

Niko membuka WA nya dan membuka pesan yang dikirim Arsen. Mata nya fokus menatap foto gadis itu lalu tersenyum.

"Gila bos, ni cantik bener,  kalau jadi pacar gue cocok nihh". ucap Niko cengar cengir.

"Terserah loe! balas Arsen.


                                                *****

Ayunda tiba tepat pukul satu di Stasiun, dirinya menggendong tas ransel dan satu tas slempang. Rambutnya dia kepang susun, menambah kecantikan wajahnya. Dia duduk di kursi sekitar depan stasiun menunggu orang yang akan menjemputnya. Sebelumnya Ayahnya sudah memberitahukan bahwa dia akan dijemput oleh seseorang anak dari temannnya.

"Tau gini, mending gue telpon si Ibra, lama bener yang mau jemput". Ucap Ayunda gelisah.

Tak lama kemudian, Niko sudah sampai dan langsung mencari keberadaan gadis yang dimaksud bosnya. Kemudian matanya tertuju kepada gadis yang duduk sendiri dibangku depan loby stasiun yang sedang fokus menatap gawainya. Dengan berjalan cepat, Niko langsung menghampiri gadis itu.

"Hai, udah nunggu lama ya?'' tanya Niko basa basi. Sedangkan yang ditanya memindai penampilan Niko dari bawah sampai atas.

"Hai, nggak sih, tapi saya capek..". ucap Ayunda

"Saya Niko, kamu Ayunda kan?". Ucap Niko mengulurkan tangannya, dan disambut oleh Ayunda. MEreka berjabat tangan singkat.

"Iya, saya Ayunda, bisa balik sekarang?"

"Sure, mau saya bantu bawa tasnya?".

"Oh , ngga usah , ngga berat kok".

Mereka lalu  meninggalkan stasiun menuju tempat parkiran. Tidak lupa Niko melaporkan kepada Arsen bahwa dirinya sudah bersama Ayunda, dan akan mengantarkannya pulang.

Diperjalanan, mereka saling diam, pada akhirnya Niko memutuskan untuk membuka obrolan.

"Kamu, masih kuliah?". Tanya Niko melirik Ayunda yang sedang memandang ke luar jendela mobil.

"Iyah, baru semester tujuh". Jawab Alra menatap Niko. Tentu saja Niko kelabakan ditatap oleh gadis manis seperti Ayunda.

"Oohh jurusan apa ?"

"Saya ambil Sistem Informasi". Sedangkan Niko hanya ber oh ria saja. Dia berfikir sejenak bahwa gadis di sampingnya ini memang cuek .

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, Ayunda sampai di rumahnya. Ayunda mempersilahkan untuk Niko mampir ke rumahnya. Tetapi Niko tentu saja menolak dengan alasan masih ada kerjaan yang harus dia kerjakan.

"Lain kali aja yaa , saya harus balik ke kantor lagi".

"Ohh baiklah, thanks yaa udah jemput saya, padahal kamu lagi sibuk". Ujar Ayunda dengan senyumnya. Tentu saja Niko dibuat salah tingkah. Harusnya Arsen yang diposisinya saat ini.

"Santai aja, saya pergi dulu yaa, see you, assalamu'alaikum.''

"Waalaykumsalam, hati hati dijalan". Dibalas anggukan kecil Niko saat sudah masuk ke mobilnya.


Wajah Arsen tersenyum lega saat dia mengirimkan foto, yang Niko ambil pada saat dia menjemput Ayunda di stasiun kepada Ayahnya. Sebagai bukti bahwa dia benar-benar menjalankan perintah ayahnya. Arsen memang hanya melihat sekilas foto Ayunda yang ayahnya kirim, dia memang sudah jengah, karena Ayahnya sering menjodoh-jodohkan dirinya dengan anak rekan bisnisnya, yang notabene hanya mengincar hartanya saja.









Senin, 17 Juni 2024

Hello Cinta (Part 1)

Matahari senja yang hampir tenggelam, tak membuat Ayunda mengalihkan pemandangannya ke laut. Rambutnya yang terurai  menari nari dengan indah oleh hembusan angin, terlihat sepucuk senyuman yang menawan di wajahnya. Perlahan dia menutup mata bersamaan dengan tenggelamnya matahari sore ini. Gelap..

"Mbak Ayu, mbak Ayunda sudah gelap mari pulang, nanti masuk angin mba,'' tiba tiba datang seorang perempuan separuh baya menghampiri Ayunda dengan nafas yang terengah-engah.

''iya Bi, seger banget di sini, bikin hati Ayunda damai ,tenang''.

''iya mba, tapi ini sudah gelap ayo pulang, nanti eyang marah ,ayo mba Ayu,''. terlihat Bi Inah khawatir seraya menarik tangan Ayunda untuk meninggalkan tempat itu. Dan Ayunda hanya pasrah ketika tanggannya di gandeng oleh Bi Inah yang sudah menemaninya sejak Ia masih TK.

Di teras rumah terlihat Eyang Sukma yang sedang mondar mandir sambil meremas syal yang Ia pakai, hasil anyamannya sendiri.

"Assalamu'alaykum, Eyang uti kok diluar? anginnya lumayan gede lho, nanti Eyang kedinginan,'' Ayunda mendekati sambil memeluk eyang utinya dari samping.

"Waalaykumsalam ,Kamu ini gimana nduk,Eyang kan sudah bilang jangan lama lama di pantai, air laut sedang pasang,kok bandel ikih bocah yo,'' nasehat eyang Sukma sambil menarik hidung Ayunda.

"eyaaaaang ,sakiitttt tauuu,'' Ayunda meringis kesakitan. Sementara Bi Inah hanya tertawa geli

"Biarin,cah nakal,''

" iya Eyang maafin Ayu, tadi seger banget di pantai bikin damai,tenang jadi Ayu betah deh di sana,''

" Ya udah sana masuk, sholat terus makan ,Bi inah habis sholat siapin yaaa''.

" nggih eyang, permisi,'' Bi Inah langsung masuk ke dalam di ikuti Ayunda dan Eyangnya.

Sudah dua hari ini Ayunda Jasmine Wijaya gadis kota yang manis menginap dirumah eyangnya, dengan rambut sebahu yang sering dia ikat asal-asalan tak ayal membuat kecantikan alaminya terpancar, walaupun tak sedikit yang mencibir penampilannya. Usianya yang masih 20 tahun, kuliah di Fakultas Teknik Informatika jurusan Sistem Informasi semester enam, menjadikan dia primadona dikampusnya. Banyak mahasiswa-mahasiswa sampai dosen muda yang mendekati Ayunda, namun tentu saja gadis itu selalu mempunyai alasan untuk menghindar. 

''Hallo Yah'' Ayunda dengan malas mengambil gawainya dari meja makan.

''Sayang, besok kamu pulang kan?'' sapa pria baya disebrang sana.

''Liat besok Yah, lagi pula Ayunda belum pesan tiket untuk pulang, rencana Ayunda mau pulang naik kereta".

"Lho, nanti lama sampainya, Ayah rencana mau pesankan tiket pesawat biar kamu cepat sampainya".

"Ayunda tuh lagi liburan Yah, dan sedang menikmati itu, makanya Ayunda mau pulang pergi naik kereta biar lebih menikmati perjalanan dan pemandangan yang indah , Ayah paham gak sih". Protes Ayunda. Eyang uti hanya melirik seraya tersenyum dan mengusap lengan Ayunda yang duduk di sampingnya agar menahan emosi.

"Baiklah, kalau memang begitu kemauanmu, ya sudah, yang penting kamu kabar-kabar jika mau pulang". Ucap Ayahnya mencoba mengalah dengan anak perempuanya itu.

"Oke Yah, Ayunda  tutup dulu ya telponya, lagi makan sama eyang".

"Salam buat eyang yah, ya sudah bye sayang".

'' Hem, bye". Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Ayahnya, Ayunda menghembuskan nafas dalam-dalam dan melanjutkan makan malamnya dengan eyang utinya.

''Bahasa mana itu, bye bye...mboknya diawali Asalammu'alaikum, lalu ditutup waalaykumsalam, gimana sih kalian, apakah begitu adab nya sebagai muslim?". Eyang uti mulai menasehati Ayunda.

"Kaya eyang ga tau aja Ayah, Ayahkan lurus kalau ada eyang doang, kalau ga ada eyang emmm zig zag hheehheeh".

"Hussh..kalau bicara itu yang baik, kalau ayahmu begitu maka kamu yang harus memperbaiki, bukan malah ikut-ikutan, malu sama almarhum eyang kakungmu , beliau itu disegani disini karena agamanya dimata masyarakat disini baik, dapat dicontoh, eehh anak sama cucunya kebalikannya, duh gusti nu agung, ampuni hambamu ini dan anak cucuku". Ucap eyang uti berkaca-kaca.

"Astaghfirulloh uti, maafin Ayunda yaa, Ayunda janji akan belajar lebih dalam lagi, eyang uti jangan terlalu berifikir yang engga-engga, okee". 

"Sudah, habiskan makananmu, setelah itu beberes besok kamu harus pulang".

"JIiaah eyang ngusirrr?" ledek Ayunda.

"Bukan ngusir, tetapi mengingatkan! Inah, tolong bereskan kan ya, saya mau ke kamar dulu''. Eyang uti beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Ayunda yang masih menyelesaikan makanannya.

Ayunda menatap eyang utinya heran dan menggaruk kepalanya. Ayunda lahir dari seorang pengusaha kaya raya begerak dibidang properti dan bangunan. Dia mempunyai dua kakak laki-laki. Walaupun kakak pertamanya lahir beda ibu dengannya, tetapi Ayunda tentu saja sangat menyayanginya. Sedangkan kakak keduanya sama-sama lahir dari Ayah dan rahim ibu yang sama. 

















Harapan 2024

 Senin , 17 Juni 2024.........


Alhamdulillah, tahun 2024 ini sangat penuh perjuangan. Akhirnya mimpi yang kutulis sebelumnya, di tahun 2014 atau 2015 terwujud. Saat ini aku bekerja di RSU Ananda Purwokerto sejak 3th lalu. Dan saat ini juga aku kuliah di Universitas Terbuka jurusan S1 Administrasi Negara. Alhamdulillah juga kendaraan motor juga aku punya saat ini.

3 hal ini yang aku impi-impikan sejak 10th lalu. Aku selalu berusaha tidak membuat mamaku ataupun suamiku repot, karena ini pilihan hidupku yang sudah kurancang 10th an lalu.

Sejak bapaku meninggal di tahun 2021, semangat untuk membahagiakan mama dan mewujudkan cita-cita bapaku semasa hidupnya, yang ingin anak2nya kuliah, alhamdulillah bisa aku wujudkan awal proses ini. Semoga Alloh SWT mudahkan. Sedih sekali, mengingat kepergian bapaku yang amat singkat. Bahkan aku belum sempat mewujudkan harapan-harapannya. Jika mengingat itu, aku lngsung menangis dan sesak sekali hati ini.

Aku sangat berharap bisa segera lulus dari perkuliahan ini, dan tentunya untuk meningkatkan pekerjaanku kedepannya. 

Bersyukur tentunya , menjalani hidup ini dikelilingi keluarga yang sangat menyayangiku, teman2 kerja yang baik, finansial yang terjaga sampai saat ini.

Hanya saja aku dan suami masih menunggu kehadiran buah hati, untuk pelengkap kebahagiaan kami. Mungkin kami belum maksimal dalam ikhtiar sampai saat ini.

Semoga Alloh lekas memberikan kami keturunan yang soleh solekhah aamiin..