Hiruk pikuk suasana pagi hari di kota Jakarta mengawali aktivitas pagi semua orang, tak terkecuali Arsenio. Pengusaha muda , tampan, kaya dan berkuasa. Hampir seluruh bidang usaha dia miliki. Terlahir dari keluarga pengusaha, tentunya jiwa bisnis orangtuanya menurun kedirinya.
Dengan jas hitam, serta wajahnya yang tampan ditambah kacamata hitam yang melekat diwajahnya menambah aura ketampanannya. Rambutnya yang cepak tentunya memberikan kesan rapi dan tubuhnya yang tinggi bak atletis menampakan dirinya yang terlihat tegas.
''Hallo pah , ada apa apalagi sih? Arsen baru turun dari mobil nih" ucap Arsen sambil memegang gawainya saat akan masuk ke loby gedung perusahaannya.
"Jangan lupa jemput anak temen papah ya? jam satu siang dia sampai di stasiun Senen" ujar Wira , ayah dari Arsen.
"Iya pah, Arsen inget kok, ga pikun baru tiga puluh menit yang lalu papah ngasih tau" . Ucap Arsen membuang napasnya kasar.
"Sip..awas ya jangan sampai lupa, sudah papah kirimkan foto dan nama gadis itu ". balas Wira
"Hemmmm". jawab Arsen malas. "Sudah yaa pah, Arsen mau kerja dulu, okay papah..assalammu'alaikum". Arsen langsung mengakhiri obrolannya dan langsung berjalan dengan langkah cepat menuju ruangannya diikuti Niko asisten setianya dan Bram pengawal pribadinya.
"Nik, pokoknya kamu yang jemput yaa ". Titah Arsen tanpa melepas pandangannya dari laptopnya. Sementara Bram membulatkan matanya.
"Sorry bos, bukannya gak mau, tapi kalau Pak Wira tau , bisa gawat nasib aing boss". Jawab Niko. Dia memang sudah dekat dengan Arsen sudah lama, terkadang Niko bertingkah konyol yang tak ayal membuat Arsen geleng-geleng kepala. Tapi jika dalam mode serius dia bisa bisa serius. Lain lagi dengan Bram, laki-laki bertubuh tinggi , berisi badannya dan tentunya mempunyai kemampuan bela diri yang mumpuni. Bram tentunya fokus dalam keamanan dan kenyamanan Arsen setiap harinya. Jika Niko suka bercanda lain lagi dengan Bram yang selalu dalam mode dingin.
"Eh denger yaa, aku gak mau tau, pokoknya loe yang jemput dia ! masalah bokan tenang aja aman". Perintah Arsen. Terkadang panggilannya berubah-ubah semaunya.
"ckkk.. ya udah , Bram temenin gue ya". Pinta Niko melirik kepada Bram
"Nggakk! Nggak usah , Bram tetap di sini, loe Niko berangkat sendiri pakai mobil gue, terus udah gue kirim nama sama fotonya ke hp loe, gue paling anti yaa ketemu sama cewe yang selalu bokap kenalin yang ujung-ujungnya cuma duit dan duit". Jelas Arsen panjang lebar.
Niko membuka WA nya dan membuka pesan yang dikirim Arsen. Mata nya fokus menatap foto gadis itu lalu tersenyum.
"Gila bos, ni cantik bener, kalau jadi pacar gue cocok nihh". ucap Niko cengar cengir.
"Terserah loe! balas Arsen.
*****
Ayunda tiba tepat pukul satu di Stasiun, dirinya menggendong tas ransel dan satu tas slempang. Rambutnya dia kepang susun, menambah kecantikan wajahnya. Dia duduk di kursi sekitar depan stasiun menunggu orang yang akan menjemputnya. Sebelumnya Ayahnya sudah memberitahukan bahwa dia akan dijemput oleh seseorang anak dari temannnya.
"Tau gini, mending gue telpon si Ibra, lama bener yang mau jemput". Ucap Ayunda gelisah.
Tak lama kemudian, Niko sudah sampai dan langsung mencari keberadaan gadis yang dimaksud bosnya. Kemudian matanya tertuju kepada gadis yang duduk sendiri dibangku depan loby stasiun yang sedang fokus menatap gawainya. Dengan berjalan cepat, Niko langsung menghampiri gadis itu.
"Hai, udah nunggu lama ya?'' tanya Niko basa basi. Sedangkan yang ditanya memindai penampilan Niko dari bawah sampai atas.
"Hai, nggak sih, tapi saya capek..". ucap Ayunda
"Saya Niko, kamu Ayunda kan?". Ucap Niko mengulurkan tangannya, dan disambut oleh Ayunda. MEreka berjabat tangan singkat.
"Iya, saya Ayunda, bisa balik sekarang?"
"Sure, mau saya bantu bawa tasnya?".
"Oh , ngga usah , ngga berat kok".
Mereka lalu meninggalkan stasiun menuju tempat parkiran. Tidak lupa Niko melaporkan kepada Arsen bahwa dirinya sudah bersama Ayunda, dan akan mengantarkannya pulang.
Diperjalanan, mereka saling diam, pada akhirnya Niko memutuskan untuk membuka obrolan.
"Kamu, masih kuliah?". Tanya Niko melirik Ayunda yang sedang memandang ke luar jendela mobil.
"Iyah, baru semester tujuh". Jawab Alra menatap Niko. Tentu saja Niko kelabakan ditatap oleh gadis manis seperti Ayunda.
"Oohh jurusan apa ?"
"Saya ambil Sistem Informasi". Sedangkan Niko hanya ber oh ria saja. Dia berfikir sejenak bahwa gadis di sampingnya ini memang cuek .
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, Ayunda sampai di rumahnya. Ayunda mempersilahkan untuk Niko mampir ke rumahnya. Tetapi Niko tentu saja menolak dengan alasan masih ada kerjaan yang harus dia kerjakan.
"Lain kali aja yaa , saya harus balik ke kantor lagi".
"Ohh baiklah, thanks yaa udah jemput saya, padahal kamu lagi sibuk". Ujar Ayunda dengan senyumnya. Tentu saja Niko dibuat salah tingkah. Harusnya Arsen yang diposisinya saat ini.
"Santai aja, saya pergi dulu yaa, see you, assalamu'alaikum.''
"Waalaykumsalam, hati hati dijalan". Dibalas anggukan kecil Niko saat sudah masuk ke mobilnya.
Wajah Arsen tersenyum lega saat dia mengirimkan foto, yang Niko ambil pada saat dia menjemput Ayunda di stasiun kepada Ayahnya. Sebagai bukti bahwa dia benar-benar menjalankan perintah ayahnya. Arsen memang hanya melihat sekilas foto Ayunda yang ayahnya kirim, dia memang sudah jengah, karena Ayahnya sering menjodoh-jodohkan dirinya dengan anak rekan bisnisnya, yang notabene hanya mengincar hartanya saja.